Sabtu, 11 April 2015

RESENSI BUKU




Judul                : Peristiwa Mandor Berdarah
Pengarang       : Syafaruddin Usman MHD & Isnawita Din
Tahun              : 2009
Penerbit          : MEDIA PRESSINDO
Kota                 : Yogyakarta
Hal                   :1- 211

ISI BUKU
            Mandor terletak sekitar 88 km dari Pontianak,Kalimantan barat. Daerah mandor menjadi saksi kekejaman balatentara jepang pada masa perang dunia ke II. Menurut kesaksian Yamamoto,seorang kempetai d Kalimantan Barat mngatakan bahwa jumlah korban mencapai angka sekitar 50.000 orang jumlah ini melebihi korban westerling di Sulawesi selatan,akan tetapi menurut  versi pemerintahan jepang korban mencapai 21.037 orang. Korban pembantaian berasal dari kalangan feudal, cerdik,  pandai, ambtenaar, politisi, tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, hingga rakyat jelata,dari berbagai etnis suku maupun agama. Pada tahun 1976/1977 ketika itu pemerintahan Daerah tingkat 1 Kalimantan Barat membangun sebuah monumen di Mandor. Monumen tersebut di resmikan bersamaan dengan ziarah massal 28 juni 1977, dan di beri nama dengan monument makam Mandor. Kopyang mandor bukan satu-satunya tempat pembantaian missal di Kalimantan Barat. Ladang pembantaian serupa juga terjadi di beberapa tempat lain di Kalimantan Barat. Diantaranya sungai Durian, kecamatan sungai raya 18 km dari pusat kota Pontianak. Di pertambangan batu tungau di petikah Kapuas hulu,sekitar 70.000 remaja tanggung dan lelaki depekerjakan secara paksa. Para korban di duga di pacung hidup-hidup dengan samurai setelah kepalanya di tutupi dengan sangkup . Ini terbukti dengan di temukannya banyak samurai patah dan batu asahan berserakan di sekitar tempat pembantaian missal itu.
            Setelah pemakaman sudah selesai, di pintu masuk areal di bangun sebuah pintu gerbang beton sederhana bertulisan Ereveld Mandor. Letaknya di tepi jalan Pontianak-sanggau. Pemerintah provinsi Kalimantan barat menetapkan 28 juni sebagai hari berkabung daerah Kalimantan barat. Ternyata pendaratan jepang sama saja dengan penindasan. Banyak wanita atau gadis memilih bunuh diri dari pada di jadikan pemuas nafsu. Penderitaan akibat penindasan semakin berat dan parah. Kerja paksa di mana-mana,pemerkosaan,kekejaman dan perampokan terdengar di setiap saat. Lebih dari 20 tahun penjahat perang terkubur ,sejak itu hampir tiap tahun turis jepang mengunjungi kuburan untuk berziarah.
            Pada tanggal 19 desember 1941 penduduk Pontianak di kejutkan dengan terjadinya pengeboman udara, ketika Sembilan pesawat  udara bertubi-tubi menjatuhkan bom api dan memberondong pusat kota,menewaskan kira-kira 150 orang penduduk sipil dan melukai banyak orang. Pengeboman berikutnya menimpa kota-kota lain di Kalimantan. Rezim terror Jepang di Borneo  mungkin yang paling buruk di bandingkan dengan wilayah lainnya. Mantan gubernur borneo yang tengah menjadi tawanan perang di sana dituduh sebagai pemimpin komplotan multietnis untuk melawan jepang. Pada 1 juli 1944 korban borneo memberikan penjelasan menganai kegiatan mesterius dan penghilangan orang secara rahasia.
            Pada 1945, sebelum mereka di pindahkan ke Sarawak oleh pasukan Australia, para perwira dan tentara jepang membakar semua dokumen yang berhubungan dengan pembunuhan missal di Pontianak, dan mereka sepakat untuk membuat pengakuuan yang konsisiten tentang pemberontakan.januari dan februari 1946, sejumlah 111 tentara tingkat rendah di terbangkan dari kuching ke Pontianak untuk di sidangkan dalam sebuah mahkamah perang sekutu sementara atas pembunuhan-pembunuhan yang terjadi.Kebanyakan pelaku terkemuka di siding di Tokyo.
            Sebuah rencana awal bagi pendirian tugu peringatan kemudian di susun dan di bentuk kepanitiaan.ketika pada 15 maret 1947 tugu tersebut diresmikan jumlah korban seperti di ucapkan dalam pidato hamid 11, di perkirakan 1000 orangdi kppyang, 270 di sungai durian, 13 0rang di bunuh di belakang bekas rumah residen,6 orang di dalam penjara, 13 di belakang gereja. Pemusnahan para pemimpin di daerah ini menyebabkan kekeosongan di dalam pemerintahan setempat.
KELEBIHAN            : penulis berani memaparkan sejarah peristiwa mandor berdarah secara jelas dan terperinci,sehingga pembaca lebih bisa menangkap apa yang tesirat dalam peristiwa mandor berdarah.
KEKURANGAN: kekurangan dari buku ini sebagian kata-katanya kurang mudah di pahami dan alur ceritanya kurang jelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar